Selasa, 23 Maret 2010

Santri Indigo di Gontor

Selasa, 23 Maret 2010
2 komentar

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Pesantren, maka PT Telkom Indonesia Tbk dan Harian Umum Republika melakukan kerjasama dengan Pondok Modern Darussalam Gontor, untuk menggelar pelatihan internet pesantren di Pondok Modern Gontor Ponorogo - Jawa Timur. Pelatihan ini disebut juga dengan Training Santri Indigo, yang mengajarkan kepada para santri tentang bagaimana berdakwah di dunia maya, atau berdakwah melalui media Internet. Bahkan pada akhir pelatihan ini, para peserta pelatihan harus mempunyai hasil, yaitu mempunya weblog yang mempunyai content dunia Islam, sebagai sarana dakwah di dunia Maya.

Pada session pembukaan, salah seorang pembicara dari perwakilan PT Telkom mengatakan, bahwa santri juga berhak untuk berkreasi, santri tidak harus identik dengan “kaum sarung”, santri tidak harus identik dengan “kitab kuning”, akan tetapi santri harus bisa berkreasi di dunia maya, sehingga bisa melakukan dakwah Islam di dunia Internet. Beliau mengatakan, bahwa kreasi santri bisa ditampung dalam sebuah wadah di dunia maya yaitu di website http://pasarkreasi.com, yang merupakan website resmi milik PT. Telkom yang dikhususkan untuk komunitas Indigo. Sedangkan dari Pimpinan Republika, Bapak Ikhwanul Kirom (Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor) mengatakan, bahwa Internet bagaikan pedang berwajah dua, bisa melakukan kejahatan, dan bisa melakukan kebaikan. Sehingga dengan adanya pelatihan ini, diharapkan dapat merubah paradigma penggunaan internet yang saat ini masih digunakan untuk hal-hal yang bersifat negative, menjadi penggunaan internet sebagai media dakwah dan pendidikan Islam.
Kenapa yang dijadikan objek pelatihan ini adalah santri? Karena santri saat ini tidak sama dengan santri dulu, santri saat ini sudah memiliki potensi kemampuan yang sangat cukup di bidang tekhnologi informasi. Santri juga memiliki dasar keagamaan dan akhlak yang baik. Diharapkan, dengan pelatihan ini, dapat meningkatkan kreatifitas santri yang dituangkan dalam dunia informasi internet. Dan menunjukkan bahwa santri mampu berkarya dibidang tekhnologi informasi, dan merubah paradigma santri yang gaptek (gagap teknologi) menjadi santri yang tidak gaptek lagi.
Pelatihan yang dilaksanakan dalam waktu 2 hari ini, sangat memberikan kesan bagi saya selaku peserta pelatihan ini, dengan harapan setelah ini, saya dapat menularkan ilmu yang saya dapat dari pelatihan, kepada peserta didik di Pesantren Terpadu Al-Mawaddah 3 yang saat ini telah berubah namanya menjadi Pesantren Terpadu “Rahmatan Lil Alamin”, sehingga peserta didik saya menjadi seorang blogger yang dirahmati oleh Allah dan semesta Alam. Amin….


read more

Kembalikan Keindahan Islam dengan Berjamaah di Masjid

0 komentar


Dari ketinggian nilai syariat islam adalah disyariatkannya berbagai macam ibadah yang dikerjakan secara bersama-sama dan berjamaah. Seperti halnya juga dianjurkan untuk melakukan musyawarah dalam memecahkan permasalahan keluarga, masyarakat dan negara. Maka akan banyak manfaat yang dapat diraih. Kemudian akan nampaklah keagungan dan kemuliaan nilai syariat islam. Sebagai perwujudan yang luas dari perintah Allah: "Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya".

Ketika seorang mukmin berdiri sholat dan bermunajat kepada Allah, tidaklah ibadah yang sedang ia laksanakan itu terlepas begitu saja dari saudaranya sesama orang beriman, akan tetapi ada hubungan yang erat antara dia dengan saudaranya. Hal ini dapat dilihat ketika seorang sedang sholat, maka ketika ia membaca ayat: "Kepadamulah kami menyembah dan kepada-Mu lah kami mohon pertolongan. Tunjukan kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang engkau beri nikmat, dan bukanlah jalan orang-orang yang engkau murkai dan orang-orang yang sesat".(Al-Fatihah 7). Ada doa yang ia ucapkan bukan hanya untuk dirinya, melainkan ia bermohon dengan ungkapan kata "kami" yang menunjukkan kebersamaan untuk sauadara seiman.
Sesungguhnya sholat berjamaah adalah untuk menghapus sikap individu di dalam jiwa, dan menghancurkan sifat-sipat perpecahan. Maka di antara hikmah pentingnya melakukan sholat berjamaah adalah mempererat persaudaraan yang sudah terjalin.
Masjid merupakan tempat menghimpun masyarakat dalam sholat lima . Mereka duduk saling berdekatan, wajah saling bertatapan, tangan saling berjabatan, lisan saling menyapa dan hati saling berpautan. Saling bertemu dalam satu tujuan dan harapan.
Persatuan mana yang paling indah dan lebih dalam dari kesatuan orang yang sholat berjamaah. Sholat di belakang satu imam, sama-sama bermunajat kepada Tuhan yang satu, membaca kitab suci yang satu, dan menghadap ke qiblat yang satu "Ka'bah yang mulia" Mereka melakukan amal yang satu, rukuk dan sujud kepada Allah.
Kesatuan ini adalah merupakan wujud dari ruh islam yang bersumber dari firman Allah: "Sesungguhnya hanya orang beriman lah yang bersaudara".
Pemandangan mana yang lebih indah dari pemandangan di masjid Rosulullah di Madinah ketika Rosullullah masih hidup sampai masa sekarang ini. Masjid Nabawi telah menghimpun berbagai macam jenis manusia yang berbeda-beda, antara hitam dan putih, asia dan afrika semua terhimpun dalam sholat berjamaah. Pada masa Rosulullah ada Shuhaib dari Romawi, ada salman dari negeri Persia, ada bilal dari negeri Habasyah. Kabilah-kabilah arab yang berbeda-beda seperti kabilah qohtan yaitu kaum anshor dan kabilah adnan seperti kaum muhajirin disatukan bersama.
Hikmah kedua dari sholat berjamaah adalah terciptanya persamaan. Persamaan mana yang lebih jelas dari persamaan yang dapat dilihat dari shof sholat berjamaah. Pejabat di samping rakyat, orang kaya di samping si miskin, seorang guru di samping murid, direktur di sebalah bawahannya, pedagang di samping saudagar. Namun semua sama di hadapan Allah. Siapa yang datang terlebih dahulu ia lebih berhak untuk mengisi shof pertama sholat, apapun statusnya.
Sesungguhnya sholat berjamaah di masjid memiliki banyak kemuliaan dan keutamaan yang disampaikan oleh Rosulullah SAW. Pada zaman Rosulullah dan salafusholeh sholat berjamaah merupakan suatu hal yang menjadi ciri has mereka. Namun ketika zaman semakin jauh, maka yang terjadi semakin memudarlah kebiasaan itu.
Sebuah keutamaan yang pernah digambarkan oleh Rosulullah saw adalah bahwa orang yang hatinya terpaut selalu dengan masjid akan mendapat naungan di bawah naungan Alah pada hari akherat kelak. Imam Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadist yang berbunyi:
"Tujuh golongan yang akan mendapat naungan di bawah naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, di antaranya: Imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah dan orang yang hatinya terpaut dengan masjid"
Imam Nawawi menjelaskan maksud dari orang yang hatinya terpaut dengan masjid adalah orang yang sangat cinta dengan masjid dan selalu berupaya untuk sholat di dalamnya.
Keutamaan lain yang disampaikan oleh Rosulullah adalah keutamaan berjalan menuju masjid untuk melaksanaakan sholat berjamaah. Karena perjalanaan ini akan ditulis setiap langkahnya adalah kebaikan sebagai mana hadist dari Rosulullah:"Dari Jabir bin Abdullah Ra ia berkata, Bani salamah ingin pindah ke dekat masjid, maka sampailah berita itu kepada Rosulullah saw, kemudian Rosulullah bersabda: Wahai bani salamah, tempat tinggal kalian menulis setiap langkah kalian".
Ditulisnya kebaikan setiap langkah ini bukan hanya dalm perjalanan pergi menuju masjid saja akan tetapi perjalanan pulangpun ditulis kebaikan yang serupa, sebagaimana hadist lain yang diceritakan oleh sahabat rosulullah, Ubai bin Ka'ab: Dari Ubai bin Ka'ab menceritakan seorang dari Anshor yang tidak pernah ketinggalan sholat berjamaah, dan tidak ingin rumahnya berada di samping masjid. Ia berkata kepada nabi: "Tidaklah membahagiakan ku jika rumahku berada di samping masjid, aku menginginkan agar ditulis untuk kebaikan perjalananku menuju masjid dan pulangku ke keluargaku." Maka nabi SAW bersabada: "Semoga Allah mengumpulkan semua itu untukmu.
Keutamaan berjalan menuju masjid yang lain adalah dihapuskan dosa dan diangkat derat di sisi Allah. Rosulullah bersabda: Dari Abu Hurairoh ra. Sesungguhnya Rosulullah bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus kesalahan dan meninggikan derajat”, mereka menjawab: “Mau ya Rasulullah?”. “Berwudhu pada saat yang tidak menyenangkan (saat dingin dan sakit) dan memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, itulah jihad, itulah jihad “ (HR.Muslim).
Imam Adu Dawud dalam kitab Aunul Ma'bud menyebutkan bahwa melaksanakan sholat secara berjamaah sebanding dengan pahala haji. Sebagaiamana hadist dari Rosulullah: Dari Abu Umamah ra, Rosulullah saw bersabda: "Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan sholat wajib maka bagi nyaganjaran seperti ganjaran orang yang berihram untuk haji".
Pergi menuju masjid untuk sholat berjamaah dan pulang kembali ke rumah, ternyata dihitung sepert dalam kondisi sholat. Hal ini sampaikan Imam Ibnu Khuzaimah dalam kitab shohihnya, ia meriwayatkan dari Abu Hurairoh ra, Nabi SAW bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian berwudhu dirumahnya kemudian datang ke masjid, maka ia dalam kondisi sholat sampai ia pulang kembali ke rumahnya. (Dishohihkan oleh Imam Al-Bani)
Nabi SAW memberi kabar gembira kepada orang-orang yang pada waktu keadaaan yang gelap menuju masjid maka ia akan mendapatkan cara yang sempurna pada hari kiamat kelak. Sebagaimana sabdanya: Dari Sahal bin Sa'ad As-Saidi, Rosulullah bersabda: "Sungguh mendapat kabar gembira bagi orang yang melangkah ke Masjid pada waktu gelap dengan Cahaya pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah, dishohihkan oleh Imam Al-bani)

Pemberian sifat cahaya ini pada hari kiamat menurut imam At-Thibi adalah pemberian cahaya pada wajah orang beriman, sebagai mana firman Allah: "Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami. (QS. At-Tahrim : 8)
Nabi saw pun pernah menyatakan bahwa orang-orang suka sholat berjamaah adalah ia merupakan tamu Allah. Dari Salman, Rosulullah bersabda: "Barang siapa yang berwudhu dari rumahnya dengan wudhu yang sempurna, kemudian datang masjid, amak ia adalah tamu Allah, dan merupakan Hak bagi yang dikunjungi untuk memuliakan tamu yang datang." (HR. Thobroni)
Kemuliaan yang tinggi ini menunjukkan bahwa raja langit dan bumi memuliakan seorang tersebut karena ia mendatangi rumah-Nya di bumi.
Keutamaan sholat berjamaah sangatlah banyak, sehingga sangat banyak pula hadist yang disampaikan oleh Rosulullah, bahkan Rosulullah juga mengatakan bahwa Allah takjub kepada sholat yang dilakukan secara berjamaah. Alangkah indahnya melakukan sebuah amalan yang itu membuat bangga Pencipta langit dan bumi. Dari Abdullah bin Umar ra, ia berkata: Aku mendengar Rosulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT sangat takjub dengan sholat yang dilakukan dengan berjamaah" (Dishohihkan oleh Al-bani dalam Kitab Silsilah Shohihahnya)
Bahkan ganjarannya dilipat gandakan begitu jauh dengan sholat yang dilakukan sendirian dengan perbandingan 25 derajat. Dari Abu Said Al-Khudri ra, ia mendengar Rosulullah bersabda: "Sholat berjamaah lebih utama dari sholat sendirian dengan dua puluh lima derajat." (HR. Bukhori)
Sebegitu pentingnya sholat berjamaah ini, Rosulullah sangat sering menganjurkan dan memperhatikan sahabat-sahabatnya bahkan dirinya sendiri untuk melaksanakannya dengan berjamaah. Baik itu dalam keadaan perang, ataupun dalam kondisi beliau yang sedang sakit.
Diceritakan oleh Abdullah bin Utbah bahwa ia datang kepada Aisyah lalu berkata: "Wahai Aisyah, ceritakanlah kepadaku tentang sakit Rosulullah? Aisyah menjawab: "Baiklah" lalu ia bercerita: "Sakit Rosulullah semakin parah" Kemudian Nabi bertanya: "Apakah manusia sudah sholat?" Kami menjawab: "Belum wahai nabi, mereka menungguhmu" Kemudian Nabi minta diambil satu mangkuk air, beliau mandi dan berwudhu, kemudian nabi bersiap berangkat, tiba-tiba ia jatuh pingsan, ketika sadar, nabi bertanya lagi, apakah manusia sudah sholat? Kami menjawab, belum ya Rosulullah. Nabi meminta diambilkan air lagi, kemudian kami membawakan air, nabi lalu berwudhu, ketika ingin berangkat, nabi pingsan lagi. Setelah sadar nabi kembali bertanya: "Apakah orang-orang sudah sholat?". "Kami menjawab: "Belum wahai Rosulullah, mereka masih duduk di masjid menunggumu." Kemudian Nabi meminta kembali diambilkan air, kemudian nabi berwudhu, ketika ingin berangkat, nabi jatuh pingsan lagi. Ketika telah sadar nabi kembali bertanya: "Apakah orang-orang di Masjid sudah sholat?". "Kami menjawab: "Belum wahai Baginda, mereka masih duduk di masjid untuk menunggumu sholat mengimami mereka."
Kemudian nabi mengirim seseorang untuk menyuruh Abu Bakar mengimami sholat isya itu, lalu sholatlah Abu bakar mengimami.
Dalam kondisi yang sakit yang sangat parah itu,Rosulullah tetap berupaya untuk sholat di masjid sampai beliau pingsan tiga kali. Begitu juga halnya dengan para sahabat dan tabi'in. Imam Zahabi berkata bahwa Sahabat Rosulullah Adi bin Hatim berkata: "Tidaklah masuk waktu sholat sejak aku masuk islam kecuali aku sudah dalam keadaan berwudhu". Said bin Musayyib seorang tabiin selalu menghadiri sholat berjamaah selama tiga puluh tahun, ia berkata: "Tidaklah aku mendengar azan, kecuali aku sudah berada di masjid." Imam Ibnu Saad berkata: "Aku tidak pernah ketinggalan sholat berjamaah selama empat puluh tahun".
Islam memberikan keringan untuk tidak menghadiri sholat berjamaah dikarenakan sebab-sebab tertentu seperti sakit, atau kondisi susah dan hujan untuk mendatanginya. Namun bukan berarti para sahabat radhiallhhu anhum tidak mendatanginya. Namun dalam kondisi yang sakit tetap mendatangi masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah.
Diceritakan oleh imam Ibnu Abi Syaibah bahwa Rabi' bin Khaitsam dalam keadaan sakit, ia dipapah oleh dua orang untuk sholat berjamaah di masjid. Lalu disampaikan kepadanya, bukankah ia diberikan kemudahan untuk tidak mendatangi sholat berjamaah. Ia menjawab: "Ya, benar, tapi aku mendengar suara muazin yang berkumandang: "Hayya 'alas sholah, hayya 'alas sholah", ia melanjutkan : "Maka siapa yang mendengarnya hendaklah ia mendatanginya walau dengan merangkak".
Bahkan Imam Ibnu Mubarok meriwayatkan bahwa Abu Abdur Rahman As-Salmi meminta orang-orang untuk membawanya ke masjid dalam keadaan berdebu, hujan dan sakit.
Begitu kisah-kisah para sahabat Rosulullah dan generasi setelahnya, yang tidak pernah mencari uzur dan alasan untuk tidak melaksanakan panggilan Allah, dan anjuran dari Rosulullah. Hal ini diperkuat lagi dengan kisah para pemimpin umat islam terdahulu, yang menjadi teladan umat, di tengah kesibukan mereka mengurus negara mereka tak pernah melupakan untuk mendatangi sholat secara berjamaah, bahkan mereka adalah orang-orang yang mengingatkan masyarakatnya untuk mendatangi sholat berjamaah, sebagaimana halnya yang dilakukan oleh Umar bin Khattab, suatu ketika ia tidak mendapati beberapa orang menghadiri sholat berjamaah, maka ia menyuruh beberapa orang untuk mencari orang tersebut. Begitu juga yang dilakukan oleh Ali bin Abi Tholib, tatkala ia keluar dari rumahnya untuk sholat berjamaah, ia berteriak-teriak: "Sholat! Sholat!"
Kebiasaan islam yang baik ini masih tetap ada dan dilestarikan oleh pemimpin umat islam saat ini, di antaranya diceritakan oleh salah seorang juru bicara Hamas di Palestina bahwa Perdana Mentri Palestina Ismail Haniyah, ia begitu dicintai oleh rakyatnya, dan begitu dekat dengan rakyatnya, ia selalu mengimami sholat lima waktu di masjid, menjadi imam dan khotib pada waktu sholat jumat dan sholat ied. Ia berdiskusi dan mendengar pengaduan masyarakatnya setelah sholat berjamaah.
Di antara sebab-sebab yang membantu untuk menjaga sholat berjamaah adalah yang pertama: Berlaku jujur dengan Allah, adanya keinginan yang kuat dan jujur untuk melaksanakan sholat berjamaah. Allah berfirman: "Kalau sekiranya mereka jujur itu adalah kebaikan buat mereka".
Sebab kedua adalah doa dan memohon kepada Allah untuk dimudahkan dalam melakukan ketaatan kepadanya dengan berupaya melakukan sholat secara berjamaah. Rosulullah pernah berpesan kepada Muadz bin Jabal untuk membaca setelah setiap sholat sebuah doa: "Ya Allah bantulah aku untuk berzikir dan bersyukur padamu dan beribadah dengan baik kepadamu." (H. Zulhamdi M. Lc)



read more

Etika Sedekah

0 komentar

Islam merupakan agama satu-satunya yang diridhai Allah SWT. Yang selalu megajarkan segala perbuatan kebaikan baik kepada sesama maupun kepada orang lain, misalnya memberi sesuatu kepada orang lain yang sedang membutuhkan sesuatu tersebut
Tetapi terkadang suatu pemberian tersebut menjadikan sipemberi tidak ikhlas lantaran dengan pemberian tersebut ia akan mendapat timbal balik dari yang diberi atau pamrih, entah berupa barang atau pujian, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 263 :
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”.(QS Al-Baqarah [2] 263)

Ayat di atas menerangkan bahwa perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada sedekah yang diiringi dengan hal yang menyakitkan dengan arti lain sedekah tidak akan mendatangkan pahala bilamana dalam memberikannya tidak dengan ikhlas dan malah memberi rasa sakit kepada penerima sedekah.
A. Etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos atau taetha yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara hati.
Kata yang agak dekat dengan pengertian etika adalah moral. Kata moral berasal dari bahasa Latin yaitu mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, tabiat, watak, akhlak dan cara hidup. Secara etimologi, kata etika (bahasa Yunani) sama dengan arti kata moral (bahasa Latin), yaitu adat istiadat mengenai baik-buruk suatu perbuatan.
Seseorang dikatakan baik atau buruk bukanlah dilandaskan atas satu tindakannya saja, melainkan atas dasar pola tindakannya secara umum. Jika arti ethos adalah perilaku adat istiadat maka dapat ditafsirkan bahwa hal ini sudah dikenal jauh lebih lama lagi seusia kitab-kitab kuno yang telah ada pada abad ke 25 SM yang menjadi dasar ajaran etika Khong Fu Cu. Jadi konsep-konsep etika sebenarnya sudah dikenal oleh manusia sejak jaman dahulu, jauh sebelum peradaban manusia maju seperti sekarang ini.
Menurut Al-Ghazali etika (ahklak) adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya suatu perbuatan di mana perbuatan itu lahir secara spontan, mudah, tanpa menghitung untung rugi. Orang yang berakhlak baik, ketika menjumpai orang lain yang perlu ditolong maka ia secara spontan menolongnya tanpa sempat memikirkan resiko. Demikian juga orang yang berakhlak buruk secara spontan melakukan kejahatan begitu peluang terbuka.
3

Terdapat 3 arti penting tentang etika:
1. Sebagai nilai-nilai moral dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur tingkah lakunya, atau disebut sebagai sistem nilai.
2. Etika sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang sering dikenal dengan kode etik.
3. Sebagai ilmu tentang baik dan buruk, yang acap kali disebut filsafat moral.

B. Bersedekah
Sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan oleh seorang Muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap rida Allah SWT dan pahala semata.
Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fukaha (ahli fikih) disebut sadaqah at-tatawwu’ (sedekah secara spontan dan sukarela). Sebenarnya ada pula arti sedekah yang lain. Menurut mereka, istilah sedekah juga dapat searti dengan kata zakat, yang berarti suatu harta wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim pada waktu tertentu dan dalam jumlah tertentu yang telah ditetapkan oleh syariat (hukum Islam). Karena itu para fukaha sering menyebut istilah zakat fitrah dengan sadaqah al-fitr.
Adapun sedekah dalam pengertian bukan zakat sangat dianjurkan dalam Islam dan sangat baik dilakukan tiap saat. Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberikan kepadanya pahala yang besar.” (QS An-Nisaa [4] 114).
Demikian pula di dalam sunah. Hadis yang menganjurkan sedekah tidak sedikit jumlahnya. Di dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang memberi makan dan menjawab salam” (HR Ahmad bin Hanbal atau Imam Hanbali).
Para fukaha sepakat bahwa hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Di samping sunah, ada kalanya pula hukum sedekah itu menjadi haram, yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang menerima sedekah akan menggunakan harta sedekah itu untuk kemaksiatan.
Terakhir, ada kalanya pula hukum sedekah itu berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia (orang pertama) mempunyai makanan lebih dari apa yang ia perlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.
Sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu’ berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan, dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan sebuah hadis Nabi Muhammad SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadis ini dijelaskan bahwa salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan dari-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut

C. Etika Bersedekah
Etika dan sedekah merupakan dua kata yang mempunyai arti sendiri-sendiri, seperti yang dijelaskan diatas etika merupakan suatu perbuatan yang lahir secara spontan dan sedekah adalah suatu pemberian secara spontan dan sukarela, jadi etika bersedekah merupakan suatu perbuatan dengan memberikan sesuatu secara sukarela dan tanpa dibatasi waktu.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer, Islam telah mewajibkan setiap muslim untuk berusaha dan bekerja semaksimal mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan pokok yang menjadi tanggungannya.
Namun demikian, jika seseorang meski sudah berusaha tetapi tetap belum dapat memenuhi kebutuhan pokoknya karena tidak lagi memiliki harta/miskin, atau dia tidak mempunyai harta yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut/fakir, maka hukum Islam telah menjadikan orang tersebut wajib ditolong oleh orang lain agar ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya dengan normal dalam arti rizkinya dititipkan Allah kepada orang lain.
Allah SWT, berfirman dalam Alqur’an Surat Al-Baqarah ayat 267 sebagai berikut:
“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS Al-Baqarah [2] 267).
Islam menganjurkan orang yang memiliki harta lebih untuk mematuhi aturan-aturan atau adab dalam bersedekah. Hal ini dimaksudkan agar orang yang membutuhkan harta dapat menikmati hartanya dengan baik, sementara orang yang bersedekah juga mendapatkan pahala yang maksimal.
Adapun etika bersedekah itu ada enam. Yaitu :
1. Menyegerakan bersedekah ketika sudah waktunya. Hal ini untuk menampakkan rasa suka cita muzakki untuk memenuhi perintah Allah agar membahagiakan hati orang-orang fakir.
2. Menyembunyikan sedekah yang akan diberikan dengan meminimalisir orang yang mengetahuinya, sebagai usaha amal bainya tidak dikotori oleh godaan perasaaan riya atau ingin terkenal. Disamping itu juga untuk menjaga perasaan mustahiq agar tidak terbuka rahasia akan kefakirannya. Karena sebenarnya semiskin apapun seseorang, agama menganjurkan untuk selalu mencoba berusaha sendiri dan menyem-bunyikan kondisi perekonomian keluarganya. Akan tetapi, bila kita menemui orang yang meminta-minta kepada kita dihadapan orang banyak, maka kita tidak dianjurkan untuk meninggalkan sedekah karena takut riya', kita tetap dianjurkan untuk memberi sedekah padanya karena orang yang meminta-minta tersebut tidak memiliki perasaan malu menampakkan kondisi dirinya atau bahkan menggunakannya sebagai profesinya. Kalau mustahiq sudah mengawali sesuatu dengan tidak baik, maka kebersihan niat muzakki juga tidak harus dijaga.
3. Ataupun kalau orang tersebut yakin tidak akan riya', orang tersebut dapat menampakkannya agar diketahui oleh banyak orang. Dengan harapan orang-orang itu akan meneladaninya.
4. Tidak merusak sedekahnya dengan mengungkit-ungkit kembali apa yang telah ia sedekahkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah : Dan janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti. Termasuk diantaranya menyakiti orang menerima sedekah adalah dengan mengumumkan tentang kefakirannya, membentak-bentak atau menghinanya karena meminta-minta. Bahkan memandang mereka lebih rendah dari kita saja, sudah termasuk menyakiti. Karena kalau orang kaya itu mengetahui keutamaan-keutamaan orang faqir, maka dia akan selalu berharap mendapatkan derajat orang-orang faqir. Semestinya orang yang bersedekah itu melihat mustahiq dengan cinta kasih karena telah membantu menunaikan hak Allah dan menyelamatkannya dari api neraka.
5. Berapapun nilai harta yang disedekahkan, kita harus menganggapnya sedikit, karena kalau sampai kita menganggapnya banyak, maka kita akan ta'ajub dengan pemberian itu. Sementara ujub ini dapat menyebabkan kita takabur yang pada akhirnya dapat menghilangkan pahala dari shodaqah itu sendiri. Sebagian ulama menyatakan bahwa perbuatan baik tidak akan sempurna kecuali dengan tiga hal, yaitu menganggapnya ringan, menyegerakan dan menyembunyikannya.
6. Menyeleksi orang yang akan menerima zakat atau sedekah dan tidak hanya terpancang oleh delapan asnaf yang berhak menerima zakat. Hal ini lebih ditujukan agar muzakki tidak hanya mendapat pahala sedekah atau zakat saja. Orang-orang yang seharusnya diutamakan terlebih dahulu adalah:
a. Orang-orang yang lebih bertakwa. Mereka ini dipilih karena sesungguhnya menolong dengan harta untuk dipergunakan dijalan ketakwaan adalah termasuk berserikat dalam ketakwaan pula.
b. Orang-orang cerdik pandai. Karena menolong mereka ini sama saja ikut serta mengembangkan ilmu pengetahuan.. Imam Syafii pernah menyatakan : Al Ilmu Asyrofu al Ibadat mahma shohhat fihi al Niyyat. Ilmu itu lebih mulia dibanding ibadah apabila dilakukan dengan niatan yang baik. Ibnu Mubarok salah seorang ulama sufi, setiap bersedekah, dikhususkannya sedekahnya untuk ahli ilmu. Ketika ditanya mengapa dia melakukan hal ini ?, Ibnu Mubarok menjawab : "Sesungguhnya aku tidak mengetahui ada derajat yang lebih utama dari derajatnya ahli ilmu setelah derajat para Nabi. Ketika seseorang yang bergelut dengan keilmuan itu bekerja untuk memenuhi hajatnya sehari-hari, maka potensi ilmu pengetahuan yang dia miliki tidak bisa dikembangkan dan dia tidak dapat mengajarkan ilmunya. Untuk itu, pilihan cerdik cendekia untuk lebih menggeluti pengembangan keilmuan ini lebih utama.
c. Orang yang akan menerima zakat/sedekah diketahui dan diyakini ketakwaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan rasa syukur yang ditunjukkan-nya ketika menerima zakat/sedekah dan selalu memandang segala nikmat yang dia terima hanya dari Allah semata.
d. Orang yang akan menerima zakat adalah orang yang selalu menyembunyikan kebutuhannya dan tidak mau menampakkan kemelaratannya. Dengan kata lain orang ini adalah seorang yang memiliki sifat muru'ah. Ketika nikmat yang dia dapat hilang dari sisinya, dia tetap tidak menampakkan kesedihan sama sekali. Hal ini sebagaimana ditunjukkan para sahabat Nabi dan dibukukan dalam firman Allah : Yahsabuhum al Jahilu aghniya'a min al ta'afufi ta'rifuhum bisimahum laa yas'aluuna al naasa ilhaafaa. Orang-orang yang tidak tahu menyangka para sahabat itu adalah orang kaya karena selalu menjaga kehormatannya. Engkau dapat mengetahui para sahabat dari tanda-tandanya yang tidak meminta kepada manusia dengan memaksa. Mereka tidak meminta dengan memaksa karena mereka kaya dengan keyakinannya yang mulia dan kesabarannya. Untuk itu, kalau perlu orang yang akan bersedekah mencari orang-orang yang seperti ini, karena bersedekah kepada orang-orang yang seperti ini pahalanya lebih berlipat dibanding orang-orang yang ketika meminta selalu memaksa.
e. Orang yang akan menerima zakat memang sedang dalam kesulitan yang berat karena sakit atau karena sebab yang lain hingga tidak dapat mela-kukan ibadah ataupun berjuang dijalan Allah. Berdasar ini pulalah Khalifah Umar bin Khottob pernah memberi Ahl Bait dengan segerombol kambing yang jumlahnya lebih dari sepuluh. Perilaku seperti ini merupa-kan perwujudan dari sunnah Nabi yang selalu memberi orang sesuai dengan kadar kebutuhannya dan tingkat kemiskinannya.
f. Orang yang akan diberi shodaqah, diutamakan orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan. Dengan bersedekah muzakki sekaligus menyambung persaudaraan/ silturrahim. Silaturrahim itu sendiri memiliki kandungan pahala yang tak terhitung banyaknya. Saudara maupun teman dekat juga diutamakan untuk didahulukan.
Keenam kelompok ini, memiliki tingkatan derajat masing-masing. Untuk itu kita dianjurkan untuk memilih atau mencari orang yang derajatnya lebih tinggi. Dengan begitu kita dapat mengumpulkan pahala yang banyak dengan bersedekah. Bahkan kalau bisa kita mendapatkan orang yang mengumpulkan keenam sifat ini.
Setelah sedekah dapat kita keluarkan, maka kita perlu mensyukurinya. Karena meski secara dhohir harta kita berkurang, namun hakekatnya harta yang harus dikeluarkan itu merupakan kotoran yang harus dibersihkan. http://pesantren.or.id.29.masterwebnet.com

read more

 

haqqy-weblog is proudly powered by Blogger.com | Template by Blog Zone